Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Delirium Dapat So Terindikasi Serius Bagi Lansia Pengidap COVID-19



Delirium merupakan sebuah kondisi salah tujuan atau kehilangan daya buat mengetahui lingkungan, terutama waktu, tempat, serta orang.  Kondisi delirium ini kadang terjadi pada pasien COVID-19 usia lanjut (lansia), serta dapat terindikasi sebuah kondisi yang serius.


Kondisi delirium pada pasien COVID-19 lansia


pasien covid-19 lansia harus dibawa ke rumah sakit waspada sindrom delirium


Penyakit dampak virus SARS-CoV-2 ini memang belum sepenuhnya diketahui oleh para pakar. Ketika ini penelitian mengenai gejala dan kondisi terkait infeksi COVID-19 masih terus dilakukan. Satu dari kondisi dampak infeksi COVID-19 yang belum lama diketahui merupakan infeksi COVID-19 dapat memicu terjadinya sindrom delirium, terutama pada pasien lansia. 


Delirium dikenal sebagai pula sindrom kebingungan parah yang ditandai dengan perubahan tingkat kesadaran, salah tujuan, kurang perhatian, serta gangguan kognitif lainnya. Umumnya pasien bakal mengalami kebingungan misalnya tidak memahami dia berada pada mana, tidak mengetahui perubahan waktu, serta tidak dapat mengetahui orang yang dia ajak bicara.


Akibat delirium ini sindrom kebingungan parah, artinya kondisi kebingungan terjadi tiba-tiba, bukan yang sebelumnya memang telah mempunyai kepikunan. Contohnya hari kemarin masih nyambung ketika diajak bicara, tiba-tiba hari ini tidak nyambung atau tidak dapat membedakan yang sedang diajak bicara itu anaknya atau cucunya.


Kondisi kebingungan parah ini biasa terjadi pada pasien berusia pada atas 60 tahun yang mengalami penyakit-penyakit berat. Kita seringenboom mendapatkan kondisi delirium pada pasien lansia yang dirawat akibat diabet, penyakit infeksi paru, pasien menjelang operasi, serta banyak penyakit lainnya. 


Ketika ini kita pula seringkali menemukan kondisi delirium pada lansia yang terkena COVID-19. Sayangnya sekitar 70% perkara delirium pada pasien COVID-19 masih belum terdeteksi dengan baik. Padahal delirium dapat so sebuah terindikasi perburukan infeksi COVID-19 menuju tanda-tanda berat atau kritis. 


Pada pasien non-COVID-19, delirium apalagi dapat sebagai satu-satunya tanda suatu infeksi pada lansia tanpa disertai gejala-gejala istimewa. 


Apa yang mengakibatkan delirium pada pasien COVID-19?


delirium pada pasien covid-19 lansia perlu diwaspadai


Penyebab delirium pada pasien COVID-19 lansia paling banyak terjadi akibat pasien mengalami hipoksia atau kadar oksigen dalam darah sangat rendah. Kurangnya pasokan oksigen ke otak ini yang berisiko mengusik peranan kognitif serta daya ingat pasien. 


Tanda-tanda hipoksia seringenboom terjadi pada pasien COVID-19 tanda-tanda sedang, berat, sampai kritis.


Pada urutan kedua penyebab delirium pada pasien COVID-19 lansia terjadi akibat adanya gangguan peredaran darah ke otak. Satu dari dari banyak ancaman dari infeksi virus ini merupakan mengakibatkan terjadinya pembekuan darah, membentuk peredaran darah ke otak terhalang. Alhasil otak tidak mendapatkan nutrisi yang relatif serta memicu terjadinya delirium.


Delirium pada pasien COVID-19 lansia pula dapat terjadi akibat pasien mengalami cytokine storm atau badai sitokin seperti respon berlebihan sistem ketahanan tubuh terhadap virus. Badai sitokin ini menimbulkan zat-zat inflamasi (peradangan) mengusik keseimbangan enzim-enzim dalam otak serta membentuk terjadinya kebingungan parah. 


Selain penyebab yang terjadi akibat masalah pada fisiknya, delirium pula dapat terjadi akibat maladaptasi. Perubahan lingkungan yang tiba-tiba membuatnya gampang gelisah, contohnya pada tempat tinggal terbiasa dilingkupi anak serta cucu kemudian tiba-tiba dipindahkan ke ruang isolasi. Ruangan yang jauh lebih dingin ketimbang kamar pada rumahnya, alat penerangan yang terang, tidak terdapat orang yang dia kenali, serta kondisi-kondisi asing lainnya. 


Gagal menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan ini pula gampang membentuk lansia kebingungan serta dapat sebagai satu dari pencetus delirium pada pasien COVID-19. 


Penanganan delirium pada pasien COVID-19


delirium pada pasien covid-19 lansia bisa jadi pertanda perburukan gejala


Pasien delirium dapat ditandai dengan mengamuk serta membentuk keributan, tipe ini dikenal sebagai hiperaktif serta termasuk yang gampang dideteksi. Akan tetapi tipe-tipe lain seringkali sulit buat diketahui bahwa pasien mengalami delirium. Contohnya pada tipe hipoaktif, terdapat yang membentuk pasien seringenboom tertidur, membentuk orang pada sekelilingnya menduga dia kecapekan atau memang ingin beristirahat. 


Pertama-tama kewaspadaan pada kondisi delirium pada pasien COVID-19 wajib ditingkatkan. Lansia dengan COVID-19 yang melakukan isolasi berdikari wajib segera dibawa ke tempat tinggal sakit akibat delirium dapat so terindikasi tanda-tanda berat tanpa disertai tanda-tanda lainnya.


Kondisi delirium tidak bersifat tetap, dia dapat kembali normal saat penyakit dasarnya berhasil tertangani. Contohnya delirium akibat adanya hipoksia, maka pasokan oksigen dalam tubuhnya wajib ditangani. 


Tetapi faktor usia membentuk kondisi pulihnya kemungkinan tidak 100% kembali normal. Terdapat kemungkinan sisa-sisa kebingungan yang sebagai kronik serta sebagai cikal bakal pikun atau alzheimer.  Akan tetapi kita harapkan delirium pada pasien COVID-19 ini terdeteksi dengan cepat serta dapat pulih kembali.


Hello Health Group serta Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, penaksiran, juga pengobatan. Silakan cek halaman kebijakan editorial kita buat berita lebih detail.

Baca Pula:

Posting Komentar untuk "Delirium Dapat So Terindikasi Serius Bagi Lansia Pengidap COVID-19"