Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saat Alam Mulai Meronta



Ketika Alam Mulai Berontak

Pagi tadi saat menemani Pak Tadji sarapan, si dia bercerita bahwa pada Boja terdapat 2 orang yang lenyap terseret udara yang meluap dari sungai. Semalem hujan memang sangat kencang. Pada tempat aku tinggal listrik padam. Aku pun tidur lebih awal. Pak Tadjie pula menunjukan video banjir yang terjadi.

Aku sangat terkejut. Amanah aku enggak menyangka. Boja termasuk wilayah atas. Sebaiknya sih musibah banjir tidak hingga ke sini. Ternyata aku salah!

Sebagian waktu belakangan ini aku serta suami seringenboom berkomentar mengenai selokan serta gorong-gorong yang tidak laik. Pada kondisi biasa, jalanan pada Boja dapat tertutup udara, apalagi masuk serta menggenang hingga ke dalam tempat tinggal. Dengan cara apa andaikan hujan besar?

Daerah Boja memamg relatif strategis. Letaknya tidak terlalu jauh dari Kota Semarang. Seperti tempat bermukim, Boja relatif ramah buat insan. Hawanya tidak sepanas kota-kota besar. Ternyata, contoh ini sebagai daya tarik bagi banyak developer buat membentuk perumahan. Akibatnya, banyak sekali perumahan berdiri pada Boja serta sekitarnya.

Masalahnya, para developer ini Cuma berpikir dengan cara apa membentuk tempat tinggal yang nyaman dihuni insan tanpa mempedulikan ketenangan alam. Berapa pohon yang ditebang? Berapa sungai yang menyempit? Berapa tanah yang tertutup?

Pada akhirnya, alam bakal mulai bereaksi.

apabila akhirnya terjadi banjir, bukan salah alam. Tidak terdapat yang salah dengan hujan. Hujan merupakan kenyataan alam yang pasti terjadi. Saat air turun dari angkasa, dia bakal mencari peredaran sampai akhirnya menemuakan muara atau masuk ke dalam tanah. Kemudian, dengan cara apa apabila dia tidak menemukan jalan yang sebaiknya?

Bepergian wajib tetap dilakukan. Maka dia pun mengalir ke mana dia dapat mengalir. Toh, dia tidak dapat menghilangkan begitu saja. Maka saat tidak terdapat jalan air, sungai menyempit atau apalagi lenyap, satu-satunya yang dapat dia lakukan menggenang pada jalanan.

Musibah tadi malam sebaiknya sebagai pengingat bahwa kita wajib menjaga alam. Alam tidak bakal menyakiti insan apabila dia tidak tersakiti. Berhenti melakukan pembangunan tanpa memperhitungkan akibat lingkungannya. Semegah apapun pembangunan yang dilakukan, seluruh bakal sebagai sia-sia saat alam telah mulai meronta.

Salam,

Susana Devi

.

Posting Komentar untuk "Saat Alam Mulai Meronta"