Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memaknai Konsistensi



konsisten

Hari terakhir pada pekan ke-11 mengikuti tantangan satu hari satu goresan pena bareng komunitas ODOP. Wow! Enggak nyangka hingga pula pada titik ini. Ssebelas pekan yang sungguh menantang.

Kenyataannya aku sempet pesimis. Pada awal aku kepastian andaikan tantangan ODOP Cuma satu bulan. Pikir aku, andaikan sebulan ... dapat deh! Ternyata eh ternyata, 70-an hari. Mau mundur malu, mau lanjut ragu. Akhirnya, bismillah saja. Niat ingsung belajar konsisten ngeblog.

Pelajaran yang Mampu Dipetik Sesudah Mengikuti Tantangan Satu Hari satu Goresan pena Bareng ODOP

Selain merasakan manfaat ikut ODOP, mengikuti tantangan satu hari satu goresan pena ini memberi aku pelajaran dengan cara apa memaknai konsistensi.

1. Konsisten itu Tidak Gampang

Sungguh tidak gampang. Seandainya aturan pada komunitas ini tidak seluwes ini, mungkin aku telah ditendang semenjak pekan pertama. Sekalipun pada sini katanya satu hari satu posting, nyatanya peserta bisa hutang goresan pena berasal pada setiap pekannya, utang goresan pena terbayar. so, enggak murni bahwa satu hari nulis satu goresan pena.

Pekan terakhir merupakan pekan Istimewa akibat tidak terdapat sistem eliminasi. Tetapi, seluruh peserta tidak bisa mempunyai utang pada akhir pekan, selebihnya bisa. Nah, ujian kenyataannya dimulai.

Dapat enggak sih tetap konsisten walau enggak terdapat "". Nyatanya susah sekali. Walau 9 pekan sebelumnya telah ditempa rupa, kendor sedikit saja aturannya, selalu terdapat permakluman buat utang goresan pena.

ah, enggak apa. Bisa utang, kok!

Begitu saja tiap merasa kerjaan tempat kerja numpuk. Akhirnya, utangnya numpuk. Akibatnya, konsistensi yang sebelumnya dibangun cita rasanya belum mendarah daging.

2. Konsisten itu Butuh Paksaan

Membiasakan sesuatu tidak terdapat keinginan butuh niat, tetap pula butuh paksaan. Niat saja tidak relatif. Sembilan pekan pertama terdapat aturan tutup poin. Artinya, selain menyelesaikan 7 goresan pena setiap pekannya, aku wajib berusaha menutup poin.

Aku akui poin tambahan dari dialog aku sangat minim. Jam-jam dialog merupakan jam-jam aku bareng anak atau jam keluar bareng Pak Tadjie. Maka, keaktifan selalu aku singkirkan dari perencanaan poin aku. Dengan poin sistem yang terdapat, Cuma terdapat 2 toleransi buat aku utang goresan pena. Lebih dari itu, aku "lewat". Keadaan ini sungguh membentuk aku berusaha tidak utang goresan pena apabila memang tidak sangat tercatat.

Serta ... ternyata, aku tipe orang yang memang wajib dipaksa.😂

3. Konsisten itu Wajib Mengukur Kemampuan

Apa yang bakal engkau lakukan sesudah selesai menuntaskan tantangan ini? Tetap berusaha menuntaskan satu goresan pena tiap hari? Aku rasa TIDAK! Sesuai pengalaman mengikuti tantangan ODOP, cita rasanya aku tidak sanggup apabila wajib satu hari satu goresan pena.

Sebagian goresan pena "kejar tayang" aku rasa sangat apa adanya. Hambar. Tidak bernas. Secara jumlah memang bertambah, akan tetapi aku tidak dari segi kualitas.

Mungkin, buat menargetkan pribadi sesudah ini aku bakal sebagai sebagai 2 hari 1 goresan pena atau 1 minggu minimal 2 goresan pena. Ini lebih terjangkau.

4. Konsisten Butuh Lingkungan Pembentuk

Membangun kebiasaan sangat sulit apabila dilakukan sendiri. Membiasakan sesuatu butuh sistem pendukung yang bertenaga. Inilah alasan bergabung dengan komunitas.

Walaupun aku tidak terlalu dapat berkomunikasi secara intensief dengan teman-teman pada grup, aku merasa mempunyai sahabat seperjuangan. aku tidak merasa sendiri. Dengan cara apa mereka saling menyemangati membentuk pantang buat menyerah.

5. Musuh Terbesar Konsisten merupakan Diri Sendiri

Buat dapat konsisten, ternyata kita Cuma perlu mengalahkan diri sendiri. Dengan cara apa kita melawan bisikan-bisakan buat menyerah serta akhirnya mengaku kalah.

Mau dipaksa misalnya apa, mau punya lingkungan seketat apa, andaikan selalu terdapat permakluman dari diri sendiri pada akhirnya ... ya telah. Berhenti. Gagal.

Penutup

Terima kasih buat Mbak Jihan yang telah memposting berita bukaan ODOP batch 8 hari kemarin. Akhirnya tercemplung pula😅. Hingga ini berakhir, aku tetap masih butuh belajar konsisten. Semoga teman-teman yang hingga garis selesai, menjadikan komunitas ODOP buat terus menjaga konsistensi dalam setiap yang peduli dijalani.

Salam.

Susana Devi

.

Posting Komentar untuk "Memaknai Konsistensi"