Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Arti Followers pada Instagram bagi Seseorang Blogger



follower

 

Terdapat kenyataan menarik yang belakangan mulai timbul pada kalangan Blogger. Kenyataan ini mulai mencuat semenjak sejumlah tawaran job buat Blogger mensyaratkan jumlah follower pada akun Instagram mereka. Dulu, syaratnya masih minimalis. Belakangan, makin banyak tawaran yang mensyaratkan jumlah follower minimal 10K. 


Ini wajar-wajar saja. Blogger yang punya akun Instagram 10K bakal punya previlege buat dapat share listig wetsartikel mereka pada Instagram Story. Aku pribadi telah lama menginginkannya. Sebagian upaya pula telah aku lakukan. Mulai dari ikut follower loop, acara meningkatkan secara optimal instagram, sampai so sponsor giveaway. Semuanya pernah.


Dari sekian banyak yang pernah aku coba, terdapat contoh menarik yang dapat aku simpulkan pada sini. Apa itu? Kenaikan follower akibat konten serta yang lain itu beda. Saat follower aku naik secara organik, enggagement aku naik. Orang yang mau baca story aku semakin tinggi. Jumlah like pun semakin tinggi tanpa aku perlu capek-capek ikut acara meningkatkan secara optimal Instagram. 


Apa cita rasanya? Bagi aku yang memang suka sebagai pehatian khalayak ramai, ini menyenangkan. Terdapat kepuasan batin tersendiri.


"Wah, ternyata goresan pena gue banyak yang baca."
"Wah, ternyata banyak yang suka konten gue."


Semacam itu yang terdapat pada pikiran aku. Ini sebabnya, aku tidak mengecewakan murung andaikan follower aku bertambah akan tetapi ternyata pembaca konten-konten pada Instagram aku masih segitu-gitu saja. Itu aku. Orang lain dapat so berbeda.


Kenaikan follower secara tidak organik tentu saja dapat memberikan impact pada selanjutnya hari. Mereka yang memang tidak follow kita akibat suka dengan konten kita, suatu hari pasti bakal melakukan unfollow. Apalagi andaikan konten yang kita tayangkan ternyata bikin mereka sakit mata. Unfollow itu lumrah.


Dengan cara apa cita rasanya saat pada unfollow? Tentu saja murung. Menaikkan follower pada Instagram itu tidak gampang. Telah begitu, terdapat yang unfollow juga. Itu tidak mengecewakan mengiris batin.


Apakah selanjutnya aku cari orangnya serta ikut unfollow yang bersangkutan? Tidak. Kini aku telah uninstall aplikasi buat memantau jumlah follower. Untuk aku, itu melelahkan. Waktu aku so terbuang pada sini.


Tentu, tidak bagi separuh orang. Aku pernah mendapat DM dari orang yang dulunya aku follow. Aku sendiri tidak ingat mengapa aku dulu follow beliau. Kontennya apalagi tidak pernah timbul pada huis aku. Inti pesannya lebih kurang seperti ini.


"Mbak, unfollow aku, ya? Aku unfollow ya."


Pada lain waktu, aku ikut lagi acara loop. Aku follow sebagian orang yang pun ikut acara tadi. Kemudian, orang tadi DM aku lagi.


"Mbak, aku follow lagi ya. Lain kalium jangan diulangi unfollownya."

Wow, segitunya ya ternyata. Terdapat orang-orang yang memang follow orang lain Cuma supaya difollow oleh orang tadi. Sebagian orang apalagi mengaku bakal memblok orang yang pernah unfollow dirinya. Wow.


Amanah, aku tidak paham dengan ini. Untuk aku, follower itu memang penting. Akan tetapi, apalah arti follower puluhan ribu andaikan ternyata engagement rate-nya rendah sekali. Ini nyata lho. Terdapat sebagian blogger yang memang telah punya follower lebih dari 10K, akan tetapi yang like postingannya tidak lebih dari 20. Andaikan pun terdapat banyak, itu akibat beliau rajin ikut instagram walking (saling berkunjung ke akun orang lain serta memberikan like serta comment).


Dari mana aku memahami? Well, aku ini punya online shop pula. Aku tidak mengecewakan seringenboom ikut acara meningkatkan secara optimal instagram. So, aku memahami mana komentar yang memang tulus dari hati akibat ingin berkomentar serta mana yang terpaksa akibat telanjur isi list. Itu kelihatan lho bedanya.


Mengapa kok engagement rate-nya rendah? Balik lagi, seluruh terdapat pada konten. Pengguna instagram itu memakai sosial medianya buat 2 contoh. Andaikan bukan hiburan ya edukasi. 


Konten hiburan umumnya bakal dievaluasi dari seberapa baik visual yang disajikan. Realitanya, tidak seluruh begitu. Terdapat yang kualitas fotonya tidak terlalu baik. Telah begitu, masih ditambah dengan template instagram yang biasa digunakan oleh olshop. Hasilnya? Sorry to say, blabur.


Aku memahami tujuannya. Terdapat sebagian selebgram yang memang memakai template instagram buat merapikan feednya. Akan tetapi, mereka punya tim. Plaatje yang tayang itu output jepretan juru foto yang memang telah berpengalaman. Background plaatje pula tidak tabrak lari dengan template. So, output akhirnya ya oke-oke saja.


Realitanya, mereka yang memakai template ini fotonya tidak begitu. Draf plaatje serta template seringenboom kalium berjalan tidak beriringan. Jadinya aneh. Maaf.


Andaikan tidak dapat menghibur, setidaknya hidangkan konten yang dapat mengedukasi. Setidaknya itu. Sayangnya, separuh orang lebih banyak fokus memproduksi uang dulu dari pada memproduksi konten yang memang dicari orang.


Salah? Tidak pula. Aku tidak memahami menahu dengan cara apa kondisi ekonomi mereka yang membentuk mereka demikian.


Aku percaya seiring berjalannya waktu, saat melirik engagement ratenya sengesot itu, pasti lama-lama bakal mulai berpikir dengan cara apa caranya memperbaki seluruh itu. Yakin.


Telah ya, ini hanya konten cuap-cuap mengenai opini pribadi. Jangan diambil hati andaikan terbaca. 



Posting Komentar untuk "Arti Followers pada Instagram bagi Seseorang Blogger"